Pagi itu, di bulan November 2011, saya dan sahabat saya memutuskan untuk berkunjung ke salah satu museum di Yogyakarta, yakni Museum Ullen Sentalu. Selama menyusuri Museum Ullen Sentalu, kita ditemani ama seorang mbak
guide ni, tapi maaf namanya lupa :P, tapi yang jelas, mbaknya baik
banget,ngasih infonya jelas en gak belibet, sabar juga pas kita tanyai
macem2 hehehe. Tour de Museum ini memakan waktu selama +/- 55 menit dan
gak boleh ambil gambar alias poto-poto gitu. Jadi siapkan memori anda
buat mendokumentasikan pengalaman berharga ini. Dijamin, gak bakalan
rugi. Setiap detail koleksi berharga di museum ini sangat-sangat
mempesona dan mengingatkan kita akan hebatnya kebudayaan yang ada di
Indonesia, terutama budaya Solo dan Yogyakarta, yang memang ditampilkan
di museum ini.
Tour ditutup dengan sajian "Wedang 7 Rupa", kenapa disebut demikian karena kata mbak guidenya, wedang ini terbuat dari 7 racikan herbal yang berbeda. Menariknya lagi, wedang yang aromanya enak ini punya banyak manfaat lho, salah satunya (kata mbaknya lho) bisa bikin awet muda hehehe.Setelah itu, kita masih bisa muter-muter di sekitar museum, tapi tanpa ditemani mbak guide lagi. Nah, kalo sekarang dah bisa poto-poto dah, sepuasnya! :D
|
salah satu sudut di Ullen Sentalu, sebelum pintu keluar |
|
bangunan yang bisa dilihat dari luar Ullen Sentalu |
|
salah satu sudu di Ullen Sentalu |
|
bnayak pohonnya lho :D |
|
booklet Ullen Sentalu |
|
masih di area Ullen Sentalu |
|
istirahat sejenak |
|
Wedang 7 rupa khas Ullen Sentalu...*katanya bisa bisa awet muda :D |
|
salah satu sudut Ullen Sentalu |
|
masih di Ullen Sentalu |
|
admission ticket |
|
salah satu sudut di Ullen Sentalu |
|
begaya dulu sebelum pulang :) |
FYI :
Museum Ullen Sentalu terletak di Jalan Boyong, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Berdasarkan info dari beberapa sumber, nama Ullen Sentalu
ini merupakan singkatan dari bahasa Jawa yaitu "ULating bLENcong
SEjatiNe TAtaning LUmaku", yang memiliki arti "Nyala lampu blencong
merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan".
Filsafah ini terinspirasi dari lampu minyak yang digunakan dalam
pertunjukan wayang kulit, yang dikenal dengan nama "blencong", yang
merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi
perjalanan hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar